Rabu, 14 Januari 2009

Karunia yang tiada tara Part 4


Dalam diam ku menangis, apa maksudnya dimas berkata seperti itu padaku...Tuhan mungkinkah dia menyembunyikan sesuatu dan aku selama ini tak mengetahuinya, tapi aku tahu dimas dia tak mungkin selingkuh karena aku tahu dia tak seperti itu terhadap wanita, dan kucoba hilangkan bayangan bayangn negatif dikepalaku yang mulai mencengkram kedalam otakku....Pagi sekali dia bangun dan ingin membicarakan tentang perkataannya kemaren, Dimas bilang aku hanya seorang wanita yang tak dapat dia andalkan dan hanya merepotkan dia saja selama ini, dia menjalani hidup nya dengan ku terpaksa karena anak kita semakin hari semakin tumbuh dewasa dan dia tak ingin anaknya tanpa ibunya jadi dia pertahankan rumahtangga demi anak bukan karena cintanya padaku yang dulu dia sering ucapkan padaku,tanpa terasa airmataku terus membasahi pipi ini, dada ini rasanya tertusuk tusuk, aku tak dapat berkata sedikitpun, mulutku rasanya terkunci rapat, Dimas ingin aku berusaha menjadi istri yang lebih baik lagi kalau tidak dia akan membawa anak anakku jauh dariku, dan yang paling menyakitkan dia bilang kalau aku ini pembawa sial baginya...bayangkan.!! betapa sakitnya aku saat itu,tapi sepertinya dia tak punya hati kali ini aku melihat jelas kedalam matanya...tak ada cinta lagi dikelopak matanya..sepertinya dia kini membenciku. Dan perlahan aku bangkit meninggalkan dia, tanpa berkata sepatahkatapun, karena aku tahu walaupun aku membela diriku dia tak akan pernah mau menerima semua pembelaanku, dia akan mentahkan semua perkataanku dan itu hanya akan menambah luka saja dihatiku, Kini hari hari yang aku lalui sepertinya begitu hampa, ingin rasa ini kuungkapkan pada sahabatku yang selalu membantuku dikala aku sedang sangat menderita seperti ini, tapi aku takut sahabatku akan sangat terkejut dengan mendengar semua kejadian ini, aku juga tak ingin menambah beban padanya, biarlah saat ini semua cobaan kutanggung sendiri saja...setiap hari kala Dimas datang tiba tiba saja badanku mengigil sangat ketakutan sekali aku takut bertemu dengannya, aku bahkan takut sekali kalau melihat tatapan matanya yang tajam menusuk jantungku...anakku aulia tahu semua tentang penderitaanku selama ini, dan diapun hanya diam..aku tak ingin anak anakku menderita..dan akan kupertahankan mahligai ini sekuat tenaga yang aku punya, mungkin aku terlalu berhayal kalau dimas mungkin masih menyimpan cinta padaku, Setahun berlalu, Dimas semakin menjadi jadi, malah pernah pada suatu hari karena proyeknya gagal, dia membentak aku sambil mendorongku karena menghalangi pandangannya, dan sempat pula dia memukulku, dan aku tetap diam tanpa kata.....yang aku bayangkan hanya kedua anak anakku yang sangat membutuhkan aku, Hingga suatu malam aku benar sudah tak sanggup dan tak kuat lagi Tuhaaan...aku benar benar tak sanggup lagi menggenggam bara ini, aku tlah hilang kesabaranku aku tak mau terus terinjak seperti ini, aku sudah berusaha untuk sabar dan sabar menghadapi semua perlakuannya padaku, dan malam ini aku benar tak sanggup, hingga aku memutuskan untuk berpisah darinya dan aku tahu dimas pun setuju karena memang itu yang dia mau, selama ini, hingga anak anakku pun dia bawa serta tanpa aku dapat berbuat banyak apa apa untuk mempertahankannya..aku hanya menangis dan menangis...sambil mencoba untuk tetap bertahan...Tuhan kuatkanlah aku kali ini lebih dari yang kemaren yang pernah Engkau berikan padaku...Setiap hari aku melamun..dan sepertinya aku tak mau hidup...Namun sahabatku pada akhirnya tahu semuanya dan dia berusaha meyakin kan aku kalau aku ini kuat menghadapi cobaan yang sangat berat kali ini, dia selalu ada kala aku susah..dan dia selalu menolongku dikala aku sangat membutuhkan sandaran untuk berdiri tegar..semua saudaraku mendukung aku agar lebih kuat lagi, aku mencoba belajar bekerja kembali agar aku dapat kesibukan yang dapat melupakan akan kesakitanku selama ini,tiap hari aku berdoa semoga anak anakku tak akan membenci aku karena aku tak bersamanya lagi, yang aku tahu dimas akan sebatang kara kalau dia jauh dengan anak anaknya hingga aku sekuat tenaga mencoba untuk tegar walau tanpa mereka...aku kini punya kehidupan dan kesibukan yang baru..aku jarang sekali bertemu dengan anak anaku karena Dimas khawatir kalau anak anak sering bertemu dengaku mereka akan pergi bersamaku, hingga Dimas selalu menghalangiku kalau aku ingin bertemu dengan mereka....Yah sudah aku hanya menarik nafas dalam dalam dan hanya berdoa semoga anak anak mau mengerti kelak tentang keadaanku saat ini. kini aku sendiri dan mencoba untuk bangkit dari keterpurukan yang dulu pernah kurasa...dan ada secuil harapan yang tertinggal aku ingin menjadi dosen di fakultas yang dulu aku pernah kuliah disana..dan sambil mengajar aku akan mengambil S2...hingga ilmuku bertambah banyak dan perlahan aku dapat menghapus luka ku yang kini sangat menganga dan mungkin akan membekas seumur hidupku.Tuhaaan beri kekuatan padaku untuk dapat menatap masa depan...tanpa harus ada rasa takut seperti dulu...biarlah cinta ini akan kukubur selama lamanya.

Tidak ada komentar: